Namaku Ajeng Kusuma Dewi, aku biasa
dipanggil Ajeng oleh keluarga dan sahabatku. Aku adalah seorang siswi disalah satu SMA Negeri di kota Surakarta. Ayahku adalah
seorang manajer dipusat perbelanjaan terkenal di kota Surakarta dan ibuku
adalah seorang pegawai di salah satu Bank ternama di kota Surakarta. Aku adalah
anak satu –satunya dikeluarga. Oleh karena itu , kedua orang tuaku sangat
memperhatikan aku. Walaupun aku tidak dimanja , tetapi perhatian yang mereka
padaku lebih dari cukup. Aku sangat bersyukur karena mempunyai orang tua
seperti mereka. Walaupun kedua orang tuaku sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. aku tetap senang karena mereka
-hampir setiap detik- selalu meneleponku , memastikan bahwa anak kesayangan mereka baik-baik saja. Tapi
walaupun begitu , terkadang aku kesepian juga. Walaupun banyak Teman yang menemaniku , sepertinya tetap saja hidup ini
hampa.
*****Seperti biasa, pagi itu pak bayu (supir pribadiku) sudah menungguku di
depan rumah. Sudah hampir 10 tahun pak bayu selalu setia mengantarkanku kemana
pun tempat yang aku inginkan, pak bayu selalu sabar dalam menanggapi sifatku
yang terkadang masih terlalu kekanak-kanakan. “oh ya pak . . . . hari ini aku
anterin ke toko aksesoris ya, aku mau beli kalung di sana” pintaku kepada pak
bayu. Dengan nada yang sabar pak bayu menjawab “ bukannya eneng hari ini ada
les tari”. Sebentar saja pak, mau ya…” pintaku memaksa. “iya neng” jawab pak
bayu sambil membukakan pintu mobil untukku.
Tidak ada yang spesial dihari
itu, masih sama dengan hari-hari yang sebelumnya, mendengar pelajaran dari
guru, bercerita sendri di kelas dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Ajeng terus menerus melihat kearah jam mungil berwarna merah jambu yang berada
di tangan kanannya “ tinggal 5 menit lagi” gumamnya. Bel istirahat mulai
terdengar merdu ditelinganya yang menandakan dia bisa bergerak bebas dan keluar
dari kelas yang menurutnya adalah sebuah ruangan pengekang yang tak bisa
mengekpresikan apa yang dia mau. Ajeng merupakan salah satu anak yang cerdas di
kelasnya tapi meskipun dia cerdas, dia hanya mau memperhatikan mata pelajarang
yang menurutnya menarik saja, apabila dianggap membosankan pelajaran itu dia
tidak akan memperhatikannya sama sekali, tapi untungnya dia selalu mendapatkan
peringkat lima besar di kelasnya, dan dia juga seorang penari yang cukup
berbakat. Ajeng pernah mendapatkan juara 1 lomba tari tradisional tingkat
propinsi, dan masih banyak lagi peringkat yang dia dapatkan.
“ayo Nta kita ke kantin” ajak
Ajeng kepada Sinta sahabat karibnya, Ajeng sudah berteman dengan Sinta sejak
dia duduk di kelas satu SMA. Sinta adalah anak yang ceroboh dan suka bercanda,
walaupun begitu Sinta adalah sahabat sejati bagi Ajeng, dia selalu menemani dan
menghibur Ajeng disaat kesepian. “bentar Jeng aku mau nulis tugas dari pak Hendra
tadi, kamu ke kantin aja dulu nanti aku nyusul”. Dengan agak kecewa Ajeng pergi
meninggalkan Sinta yang masih sibuk mengerjakan tugasnya. “Ajeng” sapa seorang
laki-laki yang sebaya dengannya. “ ada apa Fi?” jawab Ajeng kepada Arfian.
“Kamu mau ke kantin? Bareng ya…” dengan nada agak sedikit malu Ajeng menjawab “
iya boleh”. Arfian adalah laki-laki yang sudah lama ajeng kagumi. Arfian adalah
ketua OSIS di sekolahnya sekaligus teman di sanggar tari yang Ajeng ikuti, tapi
sampai sekarang Ajeng belum berani menyatakan CINTA kepada Arfian. Dia masih
terlalu GR (Gede Rasa) kalau harus duluan yang menyatakan cinta, karna
menurutnya yang harus menyatakan cinta terlebih dahulu adalah seorang laki-laki
bukan perempuan.
*****waktu sudah menunjukkan pukul 14.30. “saatnya pulang” guma Ajeng.
“Jeng nanti malam ada acara gak? Kita ke mall papi lu yuk, aku pengen belanja
disana” ajak Sinta sambil agak memaksa. “ jam berapa?” jawab Ajeng dengan agak
terpaksa karna harus menuruti sahabat karibnya ini.“Jam 7 aku jemput ya Jeng…”.
“iya Nta” dengan nada yang masih agak terpaksa. Seperti biasa pak bayu selalu
setia menunggu Ajeng di depan pintu gerbang. “ayo pak kita ke toko aksesoris
dulu setelah itu baru ke sanggar” pintanya kepada pak Bayu. “ Siap neng” jawab
pak bayu dengan nada yang tegas seperti seorang prajurit yang akan menerima
perintah dari komandannya. “ ih pak Bayu gitu jawabnya, kayak orang mau perang
aja” sambil ketawa melihat tingkah laku pak Bayu yang seakan membukakan pintu
untuk seorang Putri raja. “ sekali-sekali kan ngak apa-apa neg, biar kayak
supir professional gitu” jawab pak Bayu dengan gayanya yang masih seperti
seorang tentara. “ayo pak cepat sudah jam segini”
*****malam iu pun Sinta menjemput Ajeng tepet pukul 7 ”ayo Jeng cepetan
keluar, aku udah di depan gerbang ni” SMS Sinta yang dikirimkan kepada Ajeng.
Tak menunggu beberpa lama Ajeng keluar dengan menggunakan baju ungu dan celana
jin, tas selempang, topi berwarna coklat, kacamata dan tak lupa jem mungil yang
berwarna pink, yang slalu melekat di pergelengan tangannya. “kebiasaan lu, tiap
kita mau maen ke mall papi lu basti pakek baju kayak gitu, kayak mau jadi mata-mata
aja” gerutu Sinta. “ la mau gimana lagi kan papi ku ngiranya aku lagi belajar
dirumah, dah jangan protes kita langsung kesana aja” jawab Ajeng yang agak
kesal ditanya seperti itu oleh Sinta.dengan mengendarai mobil jazz milik Sinta
tak membutuhkan waktu yang lama untuk menuju mall yang dimaksut, hanya
membutuhkan waktu sekitar 15 menit. “akhirnya sampai juga, hari ini aku mau
belanja sepuasnya Jeng” celoteh Sinta. “ ya . . .ya. . .ya. . . terserah kamu
lah Nta, aku Cuma nganterin doank, jangan lupa ntar traktir aku makanan di
lantai tiga” ucap sinta ketika mendengar celotehan si Sinta. “yaelah . . . .
papi lu kan yang punya mall ini, ngapain gak minta langsung aja ke papi lu”
ejek Sinta. “biarin kan elu yang ngajak gua” jawab Ajeng. Tak disangka-sangka
ketika Ajeng dan Sinta tengah asik berkeliling mall, Dia bertemu dengan Fian.
“eh Fian . . . . kesini sama siapa” sapa Sinta memulai pembicaraan. “ tadi sih
sama adikku, tapi gak tau sekarang dia ada dimana”, jawab Fian. mereka bertiga
pun akhirnya menuju ke lantai tiga mall tersebut untuk membeli makanan. Tak
disangka-sangka ternyata selama ini Fian memiliki rasa suka terhadap Ajeng dan
pada kesempatan kali ini Fian ingin mengutarakan perasaannya kepada Ajeng.
“Jeng . . . . bisa bicara sebentar?” Tanya Fian. “ya langsung aja ngomong”
jawab Sinta. “aku malu ada Sinta disini” jawab Fian dengan nada malu-malu.
Tanpa disuruh ketida nama Sinta disebut, Sinta menyadari apa yang ingin
diutarakan oleh Fian sekarang ini, jadi dia segera minta ijin untuk pergi
ketoilet. “eh aku pergi ke toilet dulu ya, perutku dah sakit banget ni” celoteh
Sinta. “iya Nta, jangan lama-lama ya . . . “ jawab Ajeng. Tanpa disuruh lagi
Fian segera memulai pembicaraan “Jeng, sebenarnya aq sudah merhatiin kamu dari
dulu . . . . aku udah suka ama kamu ketika dulu kamu nari diacara perpisahan
kakak kelas kita, jeng kamu mau gak jadi pacarku?”. Tanpa berfikir panjang
ajeng seketika itu mengangguk tanda mengiyakan. “jadi kamu mau? Hari ini resmi
kita jadian?” Tanya Fian sekali lagi. “iya Fi . . . sebenarnya aku juga udak
kagum ma kamu sejak dulu, tapi aku malu untuk ngungkapin perasaanku” jawab
Sinta. tak disangka hari itu menjadi hari yang paling bahagia bagi hidup Arfian
dengan Sinta.
*****Berselang
satu bulan setelah Fian dengan Sinta menjalin kasih. “Fin anti kamu mau lihat
perlombaan tari ku di Balaikota gak?” tanya Sinta. “ pasti mau dong, apa sih
yang enggak buat kamu” jawab Fian dengan nada manja. “ciye . . . ciye . . .
pasangan baru nih, jadi ngiri aku” goda Sinta. “apaan sih Nta, bikin malu aja,
ntar kamu juga ikut liat perlombaanku ya . . . “ jawab Ajeng. “siap bos aku
past dateng” ucap Sinta. siang itu Ajeng dang Sinta sudah berada di balai kota,
tapi belum Nampak Fian disitu, Ajeng mulai kawatir karna Fian belum datang, dia
mencoba menelfon rumah tapi kata pembantunya Fian sudah berangkat, mencoba
untuk menelfon HP Fian tetapi nomornya tidak aktif. Akhirnya giliran Ajeng
untuk tampil, tetapi Fian belum datang juga, Ajeng semakin kawatir. Setelah
selesai pentas Ajeng ditelfon oleh keluarga Fian. “halo Ajeng . . . ini ante
ibunya Fian, bisa kerumah sakit sekarang? Fian tadi mengalami kecelakaan, dia
menyuruh tante untuk menelfon kamu” dengan nada terisak. Tanpa disuruh lagi
Sinta segera menuju rumah sakit tempat Fian dirawat, Ajeng suda tidak
memperdulikan perlombaan yang dia ikuti. “Fian . . . “ seketika itu Ajeng
menagis di ruangan Fian di rawat. Ternyata Ajeng sudah terlambat, Fian
mengalami pendarahan hebar di otaknya sehingga nyawanya tak dapat tertolong lagi.
“sudah Jeng . . . di iklaskan, biar Fian bisa tenang disana” hibur Sinta. “
tapi Nta . . .” jawab ajeng yang masih menangi. Sinta memeluk ajeng, dia tidak
tau harus berkata apa lagi untuk menghibur temannya, Sinta juga merasa sedih
karna kehilangan serang teman.
*****Seminggu setelah kematian Fian, Sinta sekarang menjadi lebih pendiam dan
sering melamun. Sebagai sahabatnya Sinta selalu untuk mencoba menghibur Ajeng.
Siang itu Sinta mengajak Ajeng untuk bermain di taman kota, dia ingin
mengenalkan sepupunya dari bali yang sedang berlibur ke Surakarta. “Jeng ini
sodaraku dari Bali yang aku ceritakan tadi siang” ucap Sinta memulai
pembicaraan. “kamu yang namanya ajeng, kenalkan nama ku Kenar, aku asli Bandung
tapi ayah mengajak kami semua pindah ke Bali, ternyata kamu lebih cantik dari
apa yang aku bayangkan” ucap Kenar. Ajeng tidak terlalu merespon karena dia
masih terpukul dengan kejadian seminggi yang lalu. Kesempatan ini tak
disia-siakan oleh Sinta, Sinta berencana menjodohkan Ajeng dengan Kenar. Karena
dengan sifat kenar yang mudah bergaul dan pandai, dapat merubah kesedihan Ajeng
menjadi kebahagiaan. Satu minggu berlalu Ajeng mulai mau berdamai dengan
perasaannya, Sinta dan Kenar selalu mencoba menghiburnya. “hari ini cerah, yuk
kita pergi ke mall?” ajak Kenar. Sinta dan Ajeng mengangguk mengiyakan.
Sampailah mereka bertiga ke mall yang dituju, mereka langsung menuju ke lantai
tiga untuk membeli makanan. “Jeng aku pengen bicara” ucap Kenar. Aku memang tak
sebaik dan setampan Fian, tapi stu yang aku tau, aku menyukai kamu sama
besarnya dengan Fian, di sini ditempat kita duduk adalah tempat dimana Fian
menembak kamu, aku sungguh ingin bisa mengenal kamu lebih dekat lagi, dan bisa
membuat kamu bahagia, tidak terpuruk dalam kesedihan, Ajeng Kusuma Dewi maukah
kamu menjadi Kekasihku?”. Ajeng terkejut dengan perkataan Kenar. Dia juga baru
sadar kalau tempat yang dia duduki adalah tempat dimana Ajeng jadian dengan
Fian. Ajeng seketika itu menangis, atara menagis senang bercampur dengan
bimbang. “ aku tidak bisa menjawabnya sekarang, aku masih terlalu bingung
dengan semua hal yang terjadi, tolong beri aku waktu beberapa hari” jawab
Ajeng. Setelah kejadian itu Ajeng seperti ditelan bumi, Dia menghilang entah
kemana, kata pembantunya, Ajeng sedang menenangkan diri. Ajeng berpesan untuk
tidak memberitahukan keberadaan Ajeng sekarang. Satu minggu sudah Ajeng
menghilang. Sinta dan Kenar setiap hari selalu pergi kerumah Ajeng untuk
menanyakan hal yang sama “dimana Ajeng sekarang Bik?” karena merasa kasihan
dengan Kenar dan Sinta, akhirnya mereka berdua di beri tahu keberadaan Ajeng
sekarng ini. Ajeng sekarang berada di sanggar tari Jogja dia ingin menenangkan
diri sambil mencoba melatik tarian-tarian khas jogja. Tanpa piker panjang Sinta
dan Kenar menuju sanggar tari tersebut, tetapi ketika disana ternyata Ajeng
sudah tidak ada, kata salah satu pengurus, ajeng sekarang tinggal bersama
dengan pamannya, tapi pengurus sanggar tidak tau alamat pamannya Ajeng. Kenar
dan Sinta merasa sedih karena tidak bisa bertemu dengan Ajeng, Kenar merasa
bersalah karena setelah kejadian itu Ajeng sekarang menghilang. “Udah lah Ken,
kalo jodoh nanto pasti ketemu, tenang aja, eh
. . . iya, mumpung kita di jogja ayo belanja ke Malioboro” ajak Sinta.
Kenar pun mengangguk, malioboro sore itu sangat ramai, banyak sekali wisatawan
lokal dan wisatawan asing. Ketika Sinta dan Kenar tengah asik berbelanja,
mereka tak senganga menyenggol seorang wanita, tak disangka-sangka wanita itu
adalah Ajeng. “Ajeng!!!” teriak Sinta karena senag “kamu kemana aja? Aku sama
Kenar selama ini nyariin kamu, apa kamu gak kangen ama kita-kita? Kamu tega
jeng ninggalin kita begitu aja”. “maaf
Sin, Ken . . . bukan maksutku ninggali kalian begitu aja, setelah
kejadian Kenar Nembak aku, aku ingin nenangin diri dulu, ingi sejenak melupakan
masa-masa kelam itu, tetapi ketika sadar aku sudah bisa berdamai dengan diriku,
aku menjadi terlalu sibuk dengan kegiatan Tariku disini, Maafin aku ya?” ucap
Ajeng. “jeng maafin aku juga ya, yang tiba-tiba nembak kamu begitu aja tanpa
ngerti’n perasaan kamu, aku tulus mencintai kamu jeng jadi aku pengen bisa buat
kamu bahagia” uacap Kenar. “aku juga mulai suka sama kamu ken tapi aku belum
bisa jawab karena masih ada Fian di hatiku ini, aku mnta maaf yang sebesar-besarnya.
Jawab Ajeng. “ tak apa Jeng . . .yang penting aku bias ketemu kamu itu dah
cukup” ucap Kenar. “aku dicuekin lagi, tiap kalian ngomong aku gak pernah
dianggep huft” protes Sinta. Ajeng dan Kenar tertawa melihat Sufat Sinta yang
seperti anak kecil. Akhinya Ajeng bisa kembali bersekolah dan tak disangka
Kenar pindah kesekolaha yang sama dengan Sinta dan Ajeng. Kini persahabatan
mereka semakin akrab dan mungkin akan bertahan untuk selamanya.