MERAHNYA MERAH
Karya : Iwan Simatupang
A.
Sinopsis
Merahnya merah adalah suatu novel yang menggambarkan tokoh kita, di dalam
suatau komunitas gelandangan di sebuah kota
besar. Sejarah tokoh kita sewaktu sebelum meletusnya revolusi fisik adalah
seorang laki-laki calon rahib, dia merupakan seorang komandan, diakhir revolusi
dia adalah seorang algojo pemacung kepala kepada pengkhianat-pengkhianat yang
tertangkap dan sesudah revolusi dan sesudah revolusi dia masuk rumah sakit
jiwa.
Kehadiran tokoh kita dalam komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat
perhatian para anggota gelandangan dia cukup dianggap, dihormati dan dicintai
oleh beberapa diantara penghuni dalam komunitas itu. Maria adalah seoarang yang
mempunyai perhatian terhadap tokoh kita. Masa lalu Maria lumayan seram, bahkan
dia pernah diperkosa. Marai yang dalam komunitas itu dianggap ibu dari para ibu
ini, adalah seorang wanita setengah baya. Wanita ini sebelumnya mempunyai
cita-cita menjadi seorang perawat, namun kaerna takut sama darah cita-citanya
itu dia tanam dalam-dalam. Batal menjadi perawat, Maria menjadi pelayan sebuah
restoran Katolik.
Hubungan antara tokoh Maria dengan tokoh kita benar-benar mesra sampai
akhirnya muncul Fifi, Maria yang awalnya seorang yang murah senyum menjadi
uring-uringngan dan pencemburu. Karena tokoh kita terlihat begitu akrab dengan
tokoh Fifi, yang membawa tokoh Fifi masuk ke dalam komunitas kaum gelandangn
mereka itu adalah si tokoh kita itu.
Fifi gadis berusia empat belas tahun, ia anak yatim piatu yang akhirnya
membuat dia menjadi seorang pelacur kelas teri dalam usahanya agar tetap hidup
diats dunia yang super ganas ini. Dari awal Maria sudah tidak suka dengan
kehadiran Fifi dan tidak menerima kehadiran Fifi dalam komunitas mereka, namun
karena dia terua didesak oleh tokoh kita dan dia sendiri tidak bisa berbuat
apa-apa kalau tokoh kita yang bebicara, selain mengiyakan apa yang dikehendaki
si tokoh kita karena cintanya yang demikian dalam pada si tokoh kita. Suatu
hari Fifi menghilang, para gelandangan mencari Fifi kesegala penjuru arah,
namun tetap saja gagal dan putus asa. Yang paling merasa kecewa tiap kali
pulang, yaitu Pak Centeng. Pak Centeng merasa terhina karena gagal mencari dan
menemukan fifi dia malu. Sebab selama ini belum pernah Pak Centeng gagal
menjalankan misi. Beberapa hari kemudian giliran tokoh kita yang raib dari
kelompok gelandangan itu.
Lagi-lagi Pak Centeng merasa malu dan terhina tak terhingga karena dia
gagal lagi menemukan tokoh kita. Yang paling geger adalah ketika Maria juga
tiba-tiba menghilang, dia raib seperti Fifi dan tokoh kita. Seluruh Armada
telah dikerahkan dalam mencari ketika gelandangan yang raib, tapi nihil lagi.
Saat itu pula para komunitas gelandangan kalang kabut mencari kesegenap pelosok
kota .
Lagi-lagi yang paling merasa terhina
adalah Pak Centeng, sebab bagaimanapun dia merasa martabatnya sebagai centeng
yang jagoan telah rendah dimata para centeng yang lain maupun diantara temannya
sesama gelandangan. Para polisi juga
dikerahkan, sama mereka tak berhasil menemukan ketika manusia yang raib
bagaikan tertelan bumi.
Tidak lama kemudian tokoh kita
muncul di perkampungan gelandangan dan berbagai pertanyaan dilontarkan pada
tokoh kita ini. Ternyata Fifi mati dibunuh Maria, karena iri dan cemburu yang berlebihan. Sedangkan
Maria masuk biara, mencoba mengakui dosa-dosanya, pada Tuhan dan sekaligus
mencoba mengabdikan dirinya pada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan harapan segala
kesalahannya bisa simanfaatkan oleh Tuhan penguasa seluruh alam. Para gelandangan terharu dan lega mendengar cerita dari
tokoh kita ini, yang disalahkan dalam hal ini adalah tokoh kita, kampung
gelandangan aman-aman saja.
Tapi bagi pak Centeng
sebaliknya dia sangat marah pada si tokoh kita. Dia mengangap bahwa semua ini
tokoh kitalah penyebabnya. Karena sebelum tokoh kita masuk kedalam lingkungan
gelandangan ini aman-aman saja. Maria ynag dulunya kekasih
pak Centeng, namun setelah adanya tokoh kita cinta Maria berubah menjadi
mencintai tokoh kita dan meninggalkan pak Centeng.
Tapi karena marahnya
sama tokoh kita sudah sedemikian besar dan tak tertahankan Pak centeng tidak
mau peduli dengan ancaman polisi. Tanpa ampun, golok Pak Centeng diayunkan
kebatang leher tokoh kita, sekali tebas, kepala tokoh kita langsung pisah dari
badannya. Karena kenekatan
pak Centeng akhirnya polisi menembak kepala pak centeng. Mereka berdua
tergeletak tak bernyawa dan kedua-duanya dikuburkan dengan upacara militer yang
dihadiri pejabat tinggi negara.
B. Makna
Novel Merahnya Merah menggunakan pendekatan yang mempertimbangkan masalah
kemasyarakatan. Dalam penelitian sosiologi sastra mempunyai tujuan untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh tentang hubungan sosial
timbal-balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat.
Dalam novel ini Tokoh Kita
adalah pemeran utama yang mempunyai sejarah hidup yang panjang. Sebelum menjadi
gelandangan, yaitu sebelum revolusi, dia adalah calon rahib. Pada saat revolusi
fisik dia menjadi komandan kompi, dan pada akhir revolusi dia menjadi algojo
yang menghukum para pengkhianat revolusi. Akhir revolusi fisik dia
adalah pasien rumah sakit jiwa.
Diantara para gelandangan dia dihormati dan juga disegani. Hanya ada
seorang saja yang kurang suka akan kehadirannya. Dia adalah si Centeng, seorang
jagoan di pemukiman gelandangan. Si Centeng merasa sejak kehadiran Tokoh Kita
hubungannya dengan perempuan yang bernama Maria menjadi jauh. Maria semakin
dekat dengan Tokoh Kita.
Kedekatan Maria dengan Tokoh Kita menjadi renggang sejak kehadiran Fifi.
Fifi adalah seorang tunasusila yang dibawa Tokoh Kita. Fifi semakin dekat
dengan Tokoh Kita dan hal itu membuat Maria semakin cemburu. Maria akhirnya
membunuh Fifi dan kemudian dia bertaubat menjadi biarawati. Kejadian membuat si
Centeng marah dan dia pun membunuh Tokoh Kita. Si Centeng juga meninggal karena
dia ditembak polisi pada saat membunuh Tokoh Kita.
Isi novel di atas memberikan contoh bahwa cinta dapat membutakan
segalanya. Hanya karena cemburu, cinta dapat menghilangkan nyawa seseorang.
Tokoh-tokoh di atas menunjukan bahwa mereka tidak dapat menahan emosinya dan
hanya mengutamakan ego masing-masing. Selain itu, novel ini juga menunjukan
adanya rasa solidaritas yang tinggi diantara kaum gelandangan yang berada di
tempat itu.
0 comments:
Post a Comment