Home » » Renungan

Renungan

Apel Kayu dan  Monyet

Di hutan yang lebat hiduplah seekor monyet kecil. Suatu hari dia tersesat dan keluar dari hutan tempat dia tinggal dan mendapat makanan. Dia berjalan  dan terus berjalan mencari sebuah pohon yang mungkin bisa memberinya buah untuk makan. Saat dalam perjalanannya dia menemukan sebuah rumah mungil yang jendelanya sedang terbuka. Mata monyet itu bersinar-sinar ketika dia melihat sebuah apel tergeletak diatas keranjang di atas meja makan di dalam rumah itu. Tanpa pikir panjang diapun memanjat pagar rumah itu dan masuk ke rumah itu melalui jendelanya yang terbuka. Dia ambil apelnya dan segera pergi memasuki hutan kembali .
Saat dia sudah kembali ke hutan, dia melihat bentuk apelnya dan ingin segera memakannya. Saat dia mulai menggigit apel itu giginya tak bisa merobek kulit apel. Dia coba gigitan yang kedua masih tak bisa juga. Kulit apel itu sangat keras. Si monyet mencoba untuk meneliti apel itu lagi dan ternyata apel itu terbuat dari kayu.
Si monyet tak mau membuang apel kayu itu karena keindahannya, ukiran yang sempurna dan warnanya yang sangat merah mengkilat. Sampai beberapa hari dia terus memegangi apel kayu itu dan dia tidak mempedulikan perutnya yang semakin lapar dan lapar. Si monyet berpikir aku tak mau kehilangan apel indahku aku harus tetap bersama apel indahku. Dan apa yang terjadi, si monyet  yang sangat lapar tak mempunyai tenaga lagi ,dia hanya bisa terduduk lunglai di tanah dengan tetap memegangi apel kayunya . Saat dia mendongak dia baru sadar, ternyata yang menjadi sandarannya selama ini adalah pohon jambu yang sedang berbuah lebat . Dan dia langsung memanjat pohon itu dan mengambil  beberapa jambu untuk menghilangkan rasa laparnya .


   Renungan: Terkadang  kita tak sadar bahwa orang yang sedang bersama kita terlalu sering menyakiti kita hingga kita sering dibuat menderita karenanya. Tanpa kita sadari pula terkadang karena kita terlalu mencintainya hingga tak  mampu melepaskannya. Padahal tanpa kita sadari dengan melepaskannya kita mendapat kebahagiaan yang tiada terkira. Mengapa tak kita coba ikhlaskan, untuk melepaskan orang yang sering menyakiti kita. Padahal kita mempunyai orang yang setia menolong kita dan selalu setia bersama kita, mau menerima kita apa adanya walaupun kita makhluk berdosa. Mengapa kita baru ingat padanya ketika kita sedang susah dan menderita.

Sumber radio Imelda  Semarang

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Your Link | http://nynyo.blogspot.com | Your Link
Copyright © 2013. Fian_grafity - All Rights Reserved